…And Hello, Singapore!

Yeah, Singapore once more!

and hello singapore

Pesawat Air Asia FD 2935 yang membawa saya dan Nyonya Besar dari Bangkok mendarat mulus di landasan yang basah karena hujan di Changi Airport. Saat itu pukul 16.30, awan kelabu bergelayut di langit yang mendung.
Seperti biasa, setelah membereskan urusan imigrasi di terminal 1 kedatangan, kami menaiki Sky Train ke terminal 2 untuk melanjutkan perjalanan ke downtown dengan menggunakan MRT. Di terminal 2, kami membeli EZ Link dengan pertimbangan bahwa kami kemungkinan besar akan sering-sering bolak-balik ke Singapura selama lima tahun ke depan *tsaaaaahhh gayaaaaa…*
Dari situ, kami naik MRT dan turun di interchange Tanah Merah, lalu melanjutkan MRT jurusan Joo Koon dan turun di Kallang. Di sini drama ibu-anak dimulai :mrgreen:

Namapun capek setelah menempuh penerbangan selama 3 jam, ditambah perjalanan ke tengah kota sambil geret-geret koper, kesabaran saya diuji ketika Nyonya Besar melakukan kesalahan-kesalahan, yang sebenarnya gak parah-parah banget, di stasiun-stasiun MRT. Belum lagi, saya lupa mencatat cara menuju hotel bakal tempat menginap kami. My bad. Jadilah, adegan-adegan ngambek-marah-betenya saya dan Nyonya Besar terjadi, yang terlihat dari diem-diemannya kami.
Kami menemukan jalan ke hotel berkat bantuan seorang Singaporean yang mau bersusah payah menelusuri google map.

Hotel yang kami tinggali selama kunjungan singkat ke Singapura kali ini terletak di kawasan Geylang, suatu kawasan yang katanya merupakan pusat orang-orang dari etnis Melayu dan somehow, dikenal juga sebagai red district-nya Singapura.
Setelah keluar dari exit A atau exit B-nya stasiun Kallang, jalan saja terus di sisi jalan raya, lalu berbelok ke kanan di Sims Way. Jalan terus, nanti ketemu jalan bercabang semacam perempatan gitu, belok kiri, terus belok kanan ke jalan yang ada tulisan Lor 6 Geylang. Jalan sedikit sekitar 20 meter, di kanan jalan terlihatlah gedung bertingkat dengan dinding bercat cream. Itulah Fragrance Hotel Emerald yang sudah saya booking lewat agoda. Sebenarnya dikiri-kanan jalan itu ada beberapa penginapan lain. Tapi kayaknya gak masuk dalam list agoda, lagipula review untuk Fragrance Hotel Emerald ini tampak menjanjikan, ditambah pula harganya yang terbilang paling murah diantara jaringan Fragrance Hotel lainnya maupun hotel-hotel dalam level yang sama. 548.000 rupiah per orang untuk menginap selama dua malam, lumayan banget untuk hotel bintang dua ukuran Singapura. Kalau dihitung-hitung, menginap di hostel yang cukup bagus malah jatuh-jatuhnya lebih mahal. Jadi, kalau bisa dapat harga yang oke dengan fasilitas yang oke juga, kenapa gak ambil hotel aja toh? Kekurangan dari hotel ini hanyalah jaraknya yang harus ditempuh dengan 10 hingga 15 menit berjalan kaki ke stasiun MRT terdekat, yaitu Kallang, pleus dengan harga segitu, kita gak dapet breakfast. Gak masalah, anggap aja olahraga sekaligus diet.

lor 6 geylang

Kami menunjukkan print reservasi hotel yang berisi kode booking dari agoda. Setelah memeriksa paspor, resepsionis hotel yang terdiri dari dua laki-laki dari etnis India dan Cina pun memberikan kunci kamar pada kami. Pas buka kamar, tuh kan… Alhamdulillaah kondisinya sesuai dengan foto-foto yang bertebaran di internet. Cuma selimutnya aja yang tipis, dan seinget saya juga gak ada kulkas.

Masih dalam keadaan drama ibu-anak, Nyonya Besar menyatakan malas keluar dan mau stay di kamar aja. Kalo udah gini, saya biasanya diem aja. Paling hanya ngingetin bahwa itinerary-nya begini lho, selanjutnya biarin aja deh Nyonya Besar yang saat itu lagi ngambek. Dan bener aja kan, selesai mandi dan shalat maghrib, Nyonya Besar malah udah berpakaian rapih dan berdandan, siap menghirup udara malam Singapura. Ya… sebelumnya tentu drama ibu-anak itu sudah diakhiri dengan maaf-maafan juga.
Selanjutnya, saya hanya akan nulis highlight dari short trip ke Singapur ini aja ya…

MUSTAFA CENTRE

very first pict in singapore
Dari Kallang, kami naik MRT jurusan Joo Koon, turun di City Hall untuk berganti kereta ke arah Jurong East, kemudian turun di Dhoby Ghaut, berganti lagi kereta ke arah Punggol, dan turun di Farrer Park.
Ini tujuan pertama kami. Kenapa ke sini pada malam hari, ya karena esok hari kami sudah punya rencana yang cukup padat yang bakal dijalani agar Nyonya Besar bisa dibilang ‘sah’ udah pernah ke Singapura. Tau kan, iconic and touristy places gitu maksudnya…
Dan biarpun Mustafa Centre buka 24 jam, saya gak yakin kami bisa bangun pagi-pagi buta untuk bisa belabeli printilan di sini. Kami pasti lebih memilih tidur daripada keliling Mustafa!

Baiklah. Apa itu Mustafa dan apa aja yang ada didalemnya pasti sebagian besar udah pada tau kan ya… bisa dibilang pusat segala ada deh disini. Dan tentu yang paling membahagiakan saya dan Nyonya Besar adalah begitu banyaknya cokelat, snack, dan cemilan-cemilan di sini. Langsung kalap melihat deretan cokelat-cokelat berbagai rasa dan bentuk, mulai dari yang kesohor macam Lindt dan Beryl’s dan Cadburry sampe cokelat koin tanpa nama. Mulai dari yang enak sampe yang eneg. Saya dan Nyonya Besar menyambar-nyambar berbagai ragam makanan yang sepengetahuan kami tidak ada di Indonesia. Dari berplastik-plastik coklat yang kami bawa, yang jadi kesukaan kami adalah Bounty, cokelat dengan isi kelapa. Tapi ada yang lebih menggembirakan hatiku. Ada Kitkat Green Tea dooooonnnggg!!!
Tanpa mikir panjang, saya langsung meraup beberapa bungkus. Satu bungkus besar berisi 12 bungkus mini, dihargai seharga SGD 7,50. Gak perlu jauh-jauh ke Jepang untuk beli Kitkat impian ini! Hore banget!
Dan kabar lebih baiknya, no one at home like this chocolate! HORE sekali lagi! itu berarti saya bisa puaaaaasss menikmatinya sendiri. Makannya aja disayang-sayang biar gak cepat habis. Padahal di Ciwalk juga ada lho, tapi harganya dua kali lipat dari Mustafa.

Keluar dari Mustafa, kami melewati restoran India AB. Mohamed yang masih buka. Ternyata tutupnya jam sebelas malam, dan saat itu baru jam 10 kurang. Kami pun memutuskan mampir untuk makan malam.
Karena tidak mengerti menu-menu yang ditawarkan, saya mencoba bertanya pada si pemilik restoran yang dijawab dengan agak bermalas-malasan. Penjelasannya yang kurang representatif malah makin membuat saya bingung. Akhirnya saya pesan martabak ayam dengan kuah kari. Untuk minumannya, saya pesan lassi mangga untuk mengenang the one who calls me ‘uni’ sementara Nyonya Besar memesan jus jeruk.

first dinner
Satu porsi martabak ini cukup untuk dua orang. Dan karena ternyata setelah mencicipi, Nyonya Besar memutuskan untuk tidak menyukai makanan India, tugas menghabiskan makanan pun jatuh pada saya. Sementara rasa lassi mangganya saya definisikan sebagai ‘fine’, jus jeruk Nyonya Besar ternyata sama persis seperti jus jeruk yang saya minum saat ke Penang. Sama-sama dibuat bukan dari buah jeruk asli, tapi dari sirup sunquick.

SINGAPORE FLYERS & MARINA BAY SANDS
Pagi keesokan harinya, saya membawa Nyonya Besar ke roda berputar berbentuk kapsul yang katanya terbesar dan tertinggi di dunia hingga saat ini. Untuk apalagi kalau bukan untuk menikmati Singapura dari ketinggian, mungkin sekaligus melihat Batam dan Johor dari kejauhan. Dari dalam kapsul, saya melihat ada konstruksi di kejauhan. Entah apalagi yang akan dibangun pemerintah Singapura untuk menarik minat para wisatawan datang berkunjung.
Saat itu, mungkin karena weekday dan masih pagi, tidak ada antrian untuk memasuki kapsul. Bahkan kapsul yang saya naiki hanya berisi empat orang. Saya, Nyonya Besar, dan sepasang muda-mudi berparas India. Saya senang karena Nyonya Besar tampak menikmati setiap menitnya, melihat Singapura dengan segala artifisial wisatanya.

singapore flyer1
viewed from singapore flyer

Turun dari Singapore Flyers, kami menyempatkan diri untuk membeli roti panggang dengan butter dan selai kacang di Ya Kun Kaya Toast yang terletak didekat pintu keluar. Saya dan Nyonya Besar langsung jatuh cinta pada gigitan pertama. Lelehan butter dan keju juga selai kacangnya membelai-belai indera pengecap dengan sempurna!

marina bay sands

ART SCIENCE MUSEUM

art science museum
Mampir ke Arts Science Museum sebenarnya tidak direncanakan. Tapi ketika saya membuka-buka buklet sekaligus peta Singapura, saya melihat sesuatu yang tampak menarik.

Art Science Museum bekerja sama dengan British Museum mengadakan pameran dengan tema Mummy: Secrets of the Tomb.
Pameran ini memperlihatkan rahasia-rahasia yang tersimpan dalam sebuah mumi, hasil penelitian selama bertahun-tahun. Para peneliti berhasil memecahkan misteri tentang sebuah mumi, mulai dari namanya hingga seperti apa kehidupannya.
Sebelum masuk ke ruang pameran, para pengunjung disuguhi film semi-dokumenter 3D. Disinilah kita bisa mengetahui bahwa terdapat banyak sekali kode-kode tersembunyi dalam kain atau peti pembungkus mumi. Dari inkripsi-inkripsi itulah terkuak tabir yang selama ini menyelubungi mumi.
Dari gambar-gambar eksotis dan misterius itu, diketahuilah nama sang mumi. Nesperennub, begitulah nama laki-laki yang diperkirakan wafat pada usia yang masih produktif, sekitar 40 tahun. Pada zamannya, ia merupakan pendeta kepala, suatu jabatan yang dekat dengan penguasa dan sangat dihormati. Pada saat itu, kursi pendeta kepala suatu kuil merupakan posisi yang diwariskan turun temurun. Maka ayah Nesperennub pun merupakan seorang pendeta kepala.
Dari film 3D itu diungkapkan pula cara mumi diawetkan, bagaimana otak dikeluarkan dari tubuh mereka tanpa merusak batok kepala, dan sebagainya.
Bagi kami, film selama kurang lebih 45 menit ini sungguh menarik! Ruang pameran yang kami masuki setelahnya, walaupun tata cara pengaturan ruangannya biasa saja, tapi informasi ditampilkan secara ringan, menarik, dan mudah dicerna.

Oya, setelah membeli tiket, sebelum menonton film, pengunjung difoto terlebih dahulu dengan dilengkapi busana-busana khas Mesir Kuno. Hasil foto bisa dibeli di toko souvenir yang berdekatan dengan ruang pameran.

ORCHARD ROAD
Bukan bermaksud untuk belanja, tapi katanya kan kalo ke Singapura itu belum pas kalo belum ke Orchard ya. Dengan alasan itu, saya membawa Nyonya Besar menyusuri sepanjang jalan penuh mall ini. Sebelum memulai sightseeing, kami makan siang di Ayam Penyet RIA di Lucky Plaza dan dilanjutkan shalat di Masjid Al-Falah yang tidak jauh dari Paragon. Saya ingin memperlihatkan pada Nyonya Besar, bahwa masjid di Singapura walaupun tampak sederhana, tapi bersih dan tertata rapi. Ngomong-ngomong soal Ayam Penyet RIA, kami curiga itu ayam suntik hormon ya? gede banget, gak abis-abis perasaan! :mrgreen:

Sambil jalan, Nyonya Besar mencoba es krim SGD 1 yang terkenal itu. Pilihannya roti tawar dan es krim duren. Verdictnya? Langsung suka! Setiap ketemu penjual es krim SGD 1 itu pasti langsung beli 😆
orchard ice cream

Dan itu verdict yang berlawanan dengan kesan Nyonya Besar tentang Orchard. She didn’t really like it. “Membosankan,” katanya, “Hanya mall, mall, mall, dan mall.”

Bagi saya, Orchard kala itu cukup menyenangkan karena I got a pair of flat shoes and a Singaporean girl approached me, stated that the trousers I wore was really nice. When she asked where I bought it, she looked a little bit disappointed hearing my answer.
“I bought it in Jakarta.”

MERLION
Kenapa ke Merlion-nya gak langsung setelah dari Art Science Museum? Jawabannya karena saat itu cuaca sedang panas-panasnya, sementara untuk berjalan kaki cukup jauh jarak yang harus ditempuh. Menjelang sore, ketika langit mulai mendung dan udara mulai adem, saya menunjukkan merlion yang asli dan merlion yang iconic pada Nyonya Besar.

merlion
one fullerton
around merlion

Selesai berfoto-foto, kami berjalan hingga ke daerah city hall. Dan sambil Nyonya Besar kembali menikmati es krim SGD 1 kesukaannya, beberapa cowok bule mendekati kami dan bertanya, “Are you Singaporean?”
Ketika mereka tau kami turis, mereka meminta berfoto dengan kami sambil kami memperlihatkan paspor Indonesia kami. “Untuk apa?” tanya saya. Mereka bilang, mereka sedang mengikuti Amazing Race, dimana salah satu tantangannya adalah berfoto dengan turis asing. Lugunya, saya percaya saja saat itu. Setelah dipikir-pikir, kalo mereka memang peserta Amazing Race, penampilan mereka kok rapih sekali? Para peserta Amazing Race yang saya tonton di tivi selalu tampak berantakan, selalu terburu-buru, ngos-ngosan, dan tantangannya selalu sulit. Sementara mereka rapih dan tampak santai.
Sampai saat ini, saya tidak tau apa maksud sebenarnya dari bule-bule itu. Tapi saya ingat, saya memberikan satu lembar uang kertas 1000 rupiah sebagai kenang-kenangan kepada mereka.
“Lumayan Mas, bisa buat pipis dua kali kalo ente dateng ke Jakarta,” I said.

Pulangnya, kami mampir ke Old Chang Kee yang kebetulan buka kios di stasiun Kallang, membeli beberapa makanan untuk cemilan teman nonton tivi di kamar.

PERANAKAN MUSEUM
Pagi berikutnya sebelum akhirnya kembali ke Jakarta, saya dan Nyonya Besar menyempatkan diri mengunjungi satu tempat lagi. Hingga detik terakhir, kami masih bimbang apakah mau ke National Museum of Singapore atau ke Peranakan Museum. Saya memang sudah pernah ke kedua museum itu, tapi Nyonya Besar belum. Dan dua museum itu memang yang paling menarik, menurut saya. Itulah kenapa saya merekomendasikan kedua tempat itu.

Setelah mempertimbangkan jarak tempuh dan waktu yang dibutuhkan untuk melihat seluruh isi museum, akhirnya kami memutuskan untuk mendatangi Peranakan Museum.

Peranakan Museum
currently peranakan museum

Tak lama setelah kami datang, datang juga serombongan anak-anak perempuan mungkin sepantaran kelas 1 atau kelas 2 SD bersama guru mereka. Museum jadi riuh, tapi tidak mengganggu kenikmatan pengunjung lain meresapi sejarah yang dipaparkan.

***
Dari Peranakan Museum, kami kembali ke hotel untuk check out. Setelah check out dan mengambil barang-barang yang kami titipkan pada resepsionis, kami pun menyetop taksi menuju bandara. Hanya 20 menit perjalanan dengan taksi, kami sudah sampai di Changi.

changi
off to jakarta

Tepat pukul 17.10 waktu setempat, saya dan Nyonya Besar terbang kembali ke Jakarta dengan menumpang pesawat Air Asia QZ 8267. Kami mendarat pukul 18.00 WIB, dan setelah menyelesaikan segala urusan bagasi dan imigrasi, karena lapar kami mampir dulu di Bakmi GM yang ada di dalam terminal 3. Selanjutnya setelah perut kembali terisi, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis DAMRI ke arah Bogor.

Bayi gorila menunggu kami di terminal Baranangsiang.

***
Akhirnyaaaaa… catatan perjalanannya selesai juga ya kakaaakkk…
Tapi seperti biasa, saya gatel aja pengen bikin beberapa poin yang mungkin penting mungkin juga gak penting 😆
• Sampe saat ini berarti udah tiga kali trip berdua Nyonya Besar. Bukittinggi, Bangkok, Singapura. Saya makin mengerti bagaimana pola perjalanan seharusnya. Dua yang pasti, harus santai dan perut gak boleh kosong. Kalo Nyonya Besar lagi capek, ya monggo istirahat. Mau mandi dulu, ya sok atuh balik dulu ke hotel. Lagi ngambek, yaudah diem aja. Intinya sih, bagaimana sebisa mungkin saya mengikuti ritme Nyonya Besar dan bukan sebaliknya.
• Nyonya Besar sangat menyukai segala sesuatu yang tertib dan bersih. Itulah sebabnya kenapa beliau langsung suka sama Singapura. Tidak ada kabel-kabel listrik atau apapun lah itu carut marut. Selain itu, Nyonya Besar juga suka sekali dengan banyaknya variasi coklat yang dijual di Singapura. Mulai dari yang tersedia di Mustafa Centre, sampai beberapa jenis Cadburry yang hanya tersedia di convenience store.
• Acara tivi kesukaan kami yang kami tonton menjelang tidur di hotel adalah sinetron-sinetron Malaysia dan acara-acara berita. Lucu aja sih melihat alur ceritanya, dan terutama bahasa dan logat melayu mereka. Kami membandingkan dengan Bahasa Indonesia, dan biasanya jadi ngikik-ngikik sendiri.
• Layanan DAMRI kurang memuaskan. Informasi rute, jadwal keberangkatan, dan pembelian tiket yang tidak jelas dan bus yang lama sekali datangnya adalah beberapa diantaranya. Kami keluar dari Terminal 3 pukul 18.30. DAMRI ke arah Bogor baru datang pukul 20.00. Padahal banyak DAMRI dari Bogor yang datang, tapi mereka tidak mengangkut penumpang yang akan ke Bogor. Jadi bus-bus itu berlalu begitu saja dalam keadaan kosong. Setelah menunggu selama 90 menit, barulah DAMRI yang menuju Bogor datang. Ternyata mereka baru ‘mampir’ ke Terminal 3 kalau ada pemberitahuan bahwa ‘ada penumpang.’ Payah.

Pengeluaran dalam SGD:

.EZ Link 12/person (card price SGD 5, deposit SGD 7)
.Dinner @AB Mohamed Little India 13,30 for 2 persons
.Top up EZ Link 10/person
.Singapore Flyers ticket 33/person
.Ya Kun Kaya Toast 4
.Mummy: Secrets of the Tomb 15/person
.Lunch @Ayam Penyet RIA Lucky Plaza 24,50 for 2 persons
.Orchard Ice Cream 1/person
.Old Chang kee 4,70
.Peranakan Museum 6/person
.Cadburry chocolates 10
.Soya milk and some snacks @Mr. Bean 6,80
.Taxi to Changi Airport 16
.Air Asia QZ 8267 to Jakarta 107,50

Pengeluaran dalam IDR:
.Fragrance Hotel Emerald 548.000/person for 2 nights, taxes included, breakfast excluded
.Bakmi GM @Terminal 3 Soekarno-Hatta Airport 75.000 for 2 persons
.DAMRI bandara-bogor 40.000/person