Hong Kong: Day 4 & Day 5 – the Avenue of Stars, A Symphony of Lights, Pearl Guest House & Heading Home

Selesai menyantap pop mie sebagai makan siang yang sangat terlambat pukul 17:30 sore itu, gw kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu sudah bisa dibilang memasuki detik-detik terakhir wisata di Hong Kong, gw sudah tidak terlalu rushing ke sana kemari dan destinasi selanjutnya memang terletak tidak jauh dari Mirador Mansion, kurang dari 15 menit berjalan kaki.

Keluar dari Mirador Mansion, gw kembali menempuh rute yang sama dengan hari ke-dua ketika gw menuju Tsim Sha Tsui pier. Begitu keluar dari tunnel bawah tanah dan berjalan ke arah kanan, kita akan melihat satu bangunan cantik yang mulai bermandikan cahaya lampu karena senja yang mulai datang.

1881 Heritage, Canton Road. Bangunan ini pada awalnya difungsikan sebagai kantor pusat the Hong Kong Marine Police sejak tahun 1880-an hingga tahun 1996. Kini, bangunan bergaya Victoria ini digunakan sebagai pusat perbelanjaan barang-barang mewah, hotel, dan exhibition hall

1881 Heritage, Canton Road. Bangunan ini pada awalnya difungsikan sebagai kantor pusat the Hong Kong Marine Police sejak tahun 1880-an hingga tahun 1996. Kini, bangunan bergaya Victoria ini digunakan sebagai pusat perbelanjaan barang-barang mewah, hotel, dan exhibition hall

Selepas 1881 Heritage, seberangi jalan dan kita akan melihat terminal bus atau semacamnya ini di sisi kanan

Selepas 1881 Heritage, seberangi jalan dan kita akan melihat terminal bus atau semacamnya ini di sisi kanan

(sepertinya semacam) Terminal bus #2

(sepertinya semacam) Terminal bus #2

Clock Tower yang tersohor, beroperasi sejak tahun 1921. Menurut buku panduan wisata “Hong Kong: Walks – Exploring the City’s Living Culture” yang dikeluarkan oleh Hong Kong Tourism Board, Clock Tower merupakan ‘part of the original Kowloon-Canton Railway terminus and was completed and came into operation in 1921. This is a landmark from the Age of Steam.’

Clock Tower yang tersohor, beroperasi sejak tahun 1921. Menurut buku panduan wisata “Hong Kong: Walks – Exploring the City’s Living Culture” yang dikeluarkan oleh Hong Kong Tourism Board, Clock Tower merupakan ‘part of the original Kowloon-Canton Railway terminus and was completed and came into operation in 1921. This is a landmark from the Age of Steam.’

Melewati Clock Tower, kita akan mulai menemukan area the Avenue of Stars, yang sesuai dengan namanya, sepanjang jalan itu dipenuhi oleh cetakan telapak tangan pada lempengan logam insan perfilman Hong Kong, yang tentu saja sebagian besarnya tidak familiar dengan gw :mrgreen:
Selain itu, yang paling populer dari Avenue of Stars adalah patung perunggu bintang kung fu legendaris Bruce Lee, yang sudah gw niatkan sejak awal akan jadi spot foto tanda sah sudah menjejakkan kaki di Hong Kong.

Gw berjalan menyusuri Avenue of Stars, mulai dari Clock Tower hingga ke ujung satunya, mencari patung Bruce Lee dengan gaya khasnya.

Yang setelah berjalan dari ujung ke ujung, tidak gw temukan juga.
Kok bisa siiiiihhh??? Apakah apakah apakah statutanya raib dalam semalam? Atau mata hati gw ditutup dan dibutakan?
Hingga dua kali gw mengulang perjalanan menyusuri pesisir Avenue of Stars yang mulai dipenuhi orang-orang yang ingin menikmati Symphony of Lights, tetap saja gw gagal menemukan jagoan Asia yang berhasil menembus hollywood itu. Akhirnya gw memutuskan untuk duduk bersama pengunjung lain, berusaha menikmati senja yang semakin turun dan menunggu dimulainya A Symphony of Lights.

A Symphony of Lights diselenggarakan tiap pukul 8 malam dan dapat dinikmati secara gratis. Disebut-sebut sebagai pertunjukan cahaya dan suara terbesar di dunia, konon belum lengkap ke Hong Kong kalau belum menyaksikan pertunjukan ini. Pertunjukan ini sendiri melibatkan lebih dari 40 gedung yang berada di kedua sisi Victoria Harbour, dimana gedung-gedung ini memancarkan cahaya lampu berwarna-warni seirama dengan musik yang mengiringi. Bersamaan dengan permainan musik dan cahaya, kapal-kapal tradisional dengan layar merah khas Hong Kong sebagaimana yang sering gw lihat di film-film mandarin pun berseliweran.
Sepanjang pertunjukan yang berlangsung sekitar 15 menit itu, gw berusaha mengambil gambar dari segala sisi, tapi keterbatasan kemampuan membuat gw menampilkan hanya 2 gambar dari sekian kali hasil jepretan itu :mrgreen:

A Symphony of Lights: It’s good but to me it’s neither fancy nor spectacular

A Symphony of Lights: It’s good but to me it’s neither fancy nor spectacular

A Symphony of Lights #2

A Symphony of Lights #2

Pertunjukan bubar jalan sekitar pukul 20:30. Seperti yang sudah diniatkan sebelumnya, sebagai pecinta durian gw pun melangkah masuk ke dalam gerai Hui Lau Shan untuk mencoba Durian Mochi mereka. Hui Lau Shan ini mungkin seperti Hong Tang atau Honeymoon Dessert di Jakarta ya, kedai khusus menjual dessert yang selalu saja dibanjiri pengunjung, tak terkecuali malam itu.

Dengan segera satu mangkok kecil berisi tiga durian mochi seukuran bola bekel kecil pun terhidang. Daaaaannn… oh sebagai penggemar durian saya sungguh tak terpuaskan lho *garuk-garuj tembok*. Seriously bagi saya masih lebih mantap bin nendang pancake duriannya Honeymoon Dessert yang lembut banget itu. Durian Mochi made in hong kong ini, bagi saya, udah nggak segar karena ya masuk ke dalam lemari pendingin sebelum dihidangkan. Kulit mochinya tidak terlalu lembut, rasa duriannya pun kurang mantap dan daging duriannya pun tidak tebal dan tidak terlalu manis. Entah karena sedang tidak musim durian atau apa, I have no idea.
Eh tapi kita bicara Durian Mochi ya, jadi mungkin kurang tepat kalau membandingkannya dengan Pancake Durian Honeymoon Dessert atau pancake durian asli medan yang sangat heavenly itu :mrgreen:

Setelah menyelesaikan suapan terakhir Durian Mochi tanpa hasrat, gw pun menyeret langkah menuju seven eleven terdekat, membeli lagi-lagi tuna fish egg mayo sandwich untuk makan malam di hostel, sebotol kopi untuk mood booster, dan beberapa kotak pocky bakal timbunan cemilan di tanah air nanti :mrgreen:

***
Let’s have a little break on the trip.

So after finished packing my things to two big luggages, I laid my back on the bed and looked at the ceiling.
This is ‘Pearl Guest House’, penginapan yang gw pilih sebagai tempat beristrahat selama petualangan 5 hari 4 malam mengitari sebagian kecil Hong Kong. Pearl Guest House hanya satu dari banyak penginapan yang menempati 16 lantai Mirador Mansion ini. Di salah satu gedung yang tersohor sebagai tempat menginapnya para turis dengan kondisi keuangan pas-pasan, memang banyak sekali bertebaran penginapan dengan harga terjangkau. Sebenarnya kalau dibilang penginapan, mungkin kurang tepat juga. Sepertinya lebih tepat kalau disebut sebagai kamar-kamar apartemen yang disewakan. Karena selama gw menginap di sana, sering sekali gw bertemu dengan warga lokal yang tinggal di lantai yang sama dengan tempat hostel gw berada.

Pertama kali sampai di Mirador Mansion, sesuai petunjuk yang ada di bukti pemesanan hostel, gw langsung menuju lantai 10. Sebelumnya hostel memang sudah menginformasikan, begitu memasuki Mirador Mansion pasti akan banyak orang menawarkan hostel. Lebih baik jangan pedulikan mereka dan langsung saja menuju hostel yang sudah kita pilih. Dan itulah yang gw lakukan. Sesampainya di lantai 10, gw langsung celingak-celinguk mencari ruang resepsionis. Lantai 10 itu sepi, sesekali gw berpapasan dengan warga lokal yang tidak nampak ramah. Rasanya seperti dalam film-film bandar judi mandarin.

Mirador Mansion di kala dini hari. Ada benarnya juga bila ada yang mengatakan perempuan harus lebih berhati-hati di kawasan ini. Gw sempat juga didekati beberapa laki-laki berkulit gelap yang mengaku berasal dari Ethiopia dan ditanya dari mana asal gw, di mana gw menginap dan dengan siapa gw mengunjungi Hong Kong. "Don't be scared," they said, "you're my sister."

Mirador Mansion di kala dini hari. Ada benarnya juga bila ada yang mengatakan perempuan harus lebih berhati-hati di kawasan ini. Gw sempat juga didekati beberapa laki-laki berkulit gelap yang mengaku berasal dari Ethiopia dan ditanya dari mana asal gw, di mana gw menginap dan dengan siapa gw mengunjungi Hong Kong. “Don’t be scared,” they said, “you’re my sister.”

Terletak agak di pojok, gw akhirnya menemukan ruang resepsionis yang tertutup rapat. Setelah membunyikan bel, nampaklah seorang laki-laki berparas India. Setelah memperlihatkan lembaran booking hostel dan paspor, tanpa banyak bicara si cowok India segera memberi isyarat agar gw mengikutinya.
Menuju lift.
Hm? Bukankah Pearl Guest House terletak di lantai 10? Lalu kenapa gw harus ke lift lagi?
Si cowok India terduga resepsionis menggeleng-gelengkan kepalanya. Masih tetap pelit bicara, kami sampai di lantai 16, lantai paling atas di Mirador Mansion. Begitu keluar lift, deretan jemuran seprai terpampang di hadapan. Seperti lantai 10, lantai 16 ini pun sepi dari tanda-tanda kehidupan.
Mas-mas tersangka resepsionis berjalan mendahului gw, membuka satu pintu dan ketika gw melongok dari belakangnya, gw melihat satu lorong kecil yang didalamnya terdapat beberapa pintu. Gw menduga pintu-pintu itu adalah pintu kamar, dan dugaan gw benar.

Dia membuka pintu sebelah kiri yang terdekat dengan pintu utama tadi. That would be my room during my stay. Beberapa pertanyaan sempat gw lontarkan. Apakah ini hostel yang benar sebagaimana yang gw pesan? Kenapa tidak ada papan nama? Kenapa letaknya di lantai 16? Kenapa berbeda dari tampilan yang ada di website mereka ataupun di website booking.com?
Tapi abang-abang India itu menjawab singkat bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan nikmati saja kunjungan ke Hong Kong ini. Setelah menjelaskan segala sesuatunya, dia mengucapkan salam perpisahan dan tinggallah gw sendiri di kamar yang tidak terlalu luas yang didominasi warna putih, masih mencerna apakah gw sampai di hostel yang benar atau tidak.
Dan sampai hari ini, gw masih meragukan kebenaran letak Pearl Guest House itu :mrgreen:

Konon, this is Pearl Guest House. 10/F Flat F2, Block F Mirador Mansion, 58 Nathan Rd, Tsim Sha Tsui

Konon, this is Pearl Guest House. 10/F Flat F2, Block F Mirador Mansion, 58 Nathan Rd, Tsim Sha Tsui

SAMSUNG CSC

SAMSUNG CSC

Kamar yang gw pilih adalah single room untuk satu orang, gw pesan melalui Booking.com dan dihargai HKD 1036. Kamarnya tidak besar, mungkin hanya seluas 5 meter persegi dengan kamar mandi didalamnya. Hanya ada satu tempat tidur spring bed ukuran single dan sebuah meja kecil untuk meletakkan perkakas. Ada juga lemari besi yang disediakan untuk menyimpan benda-benda berharga. Kamar mandinya pun kecil, semua serba mini. Tapi itu tidak membuat hostel ini kehilangan kenyamanannya. Bagi yang terbiasa traveling dengan dana yang mumpuni, tinggal di kamar kecil yang terletak di satu mansion yang bisa dibilang agak kumuh mungkin satu perkara. Tapi bagi saya, sepanjang mereka bisa menyediakan kamar tidur dan kamar mandi yang nyaman dan bersih lengkap dengan air panas, itu sudah cukup. Dan, karena ukuran yang mini itu pula serta bentuk kamar yang tidak mendukung arah kiblat, saya selalu melaksanakan shalat sambil duduk. Tapi bagi yang cukup rajin, mungkin bisa merasakan shalat bersama warga lokal di Masjid Kowloon yang letaknya berseberangan dengan Mirador Mansion, hanya 5 menit berjalan kaki. Oiya, tentu saja untuk arah kiblat dan waktu shalat, saya mengandalkan http://www.islamicfinder.org

***
And finally, it’s time to go home.

Kamis, 29 Mei 2014. Gw bangun pukul 03:30 pagi dan segera bersiap-siap. Berbeda dengan saat kedatangan di mana gw menaiki bus A21 dari bandara untuk sampai ke Mirador Mansion, kali ini gw akan menggunakan bus N21 untuk menuju Hong Kong International Airport. Kenapa berbeda? Karena sesuai website http://www.hongkongairport.com dan papan informasi di bandara, bus A21 hanya beroperasi hingga pukul 00:00. Selanjutnya, bus N21 yang akan mengambil alih hingga pukul 04:40 pagi. Untuk menumpang bus N21 ini, gw hanya perlu menyeberangi jalan dan menunggu di halte yang telah ditentukan, tepat diseberang Mirador Mansion. Sesuai dengan informasi yang gw kumpulkan, gw harus siap di halte tersebut sebelum pukul 04:40. Okesip.

Pukul 04:30 gw keluar kamar dan segera memencet tombol lift, untuk kemudian menemukan bahwa saat itu lift ‘out of service’. Hmm… seriously, out of service di saat seperti ini? 10 menit sebelum bus N21 tiba?
Gw mencoba menghubungi resepsionis tapi tidak ada jawaban. Tidak ada seorang pun terlihat di lantai 16 subuh itu, hanya gw yang mulai panik karena perkara lift yang entah kenapa ‘out of service’ di saat-saat penting. Time is ticking.

Melihat tidak ada perkembangan dengan lift di lantai 16 itu, gw mencoba turun ke lantai 15. Berharap lift untuk lantai-lantai ganjil berfungsi sebagaimana mestinya.

And it did. NOT! *garuk-garuk tembok*

Gw terbengong beberapa saat. Lift untuk lantai-lantai ganjil pun secara mengejutkan ‘out of service’. Jadi seluruh lift tidak bisa digunakan. Oke… apakah memang ada jam operasional lift di Mirador Mansion ini? Tapi kenapa tidak ada informasi mengenai hal ini di internet?
Sementara waktu terus bergulir. Kurang dari 10 menit menuju pukul 04:40.

Gw berjalan menuju pintu darurat, melongok ke bawah melalui jendela yang terbuka. Di luar tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa laki-laki berkulit gelap menikmati sisa-sisa kehidupan malam. Selintas terpikir, apa gw teriak aja ya minta pertolongan? Mungkin ada yang bisa memperbaiki lift? Atau gw lompat dari lantai 15 ini? Atau gw lempar koper gw untuk menarik perhatian? Hell. Tidak ada pilihan yang bagus sepertinya. Dan tinggal 5 menit lagi menuju pukul 04:40.

Ok. Seriously I had no choice other than running down stairs, one floor by one floor. Jadi itulah yang gw lakukan. Berlari menuruni tangga sebanyak 16 lantai sambil membawa 1 koper dan 1 tas besar, secepat yang gw bisa dalam waktu 5 sampai 7 menit. Gw tidak boleh ketinggalan bus N21.

Ngos-ngosan, rasanya lega sekali ketika gw sampai di halte dan bus N21 belum datang. I made it. Walaupun mandi pagi gw jadi percuma karena keringetan lagi.

Sekitar pukul 04:45, bus N21 pun datang. Satu jam kemudian, gw tiba di Hong Kong International Airport.

***
Belum juga pukul 06:00 pagi, Hong Kong International Airport sudah ramai. Dan lucu juga, dikeramaian itu sering sekali gw mendengar celoteh dalam Bahasa Indonesia, atau bahkan beberapa kali gw didekati dan dengan penuh percaya diri mereka – para tenaga kerja wanita asal Indonesia- meminta gw untuk pulang bersama ke tanah air. Beberapa diantaranya menanyakan perihal majikan gw, berapa lama gw bekerja di Hong Kong, atau apakah gw akan kembali ke Hong Kong atau selamanya di Indonesia. Semua ditanyakan tanpa merasa perlu bertanya apakah gw pekerja atau bukan :mrgreen:
Bahkan hingga gw mendarat di tanah air, masih saja gw dikira TKW dan sempat dipepet calo bandara sampai-sampai gw sempat adu urat juga. Dan ya… mungkin ada benarnya juga kalau ada yang mengatakan bahwa kita bisa membedakan mana yang TKW dan mana yang bukan. Selintas dari cara berpakaian pun sudah terlihat. Dari cara bicara pun terbaca.

Setelah menyelesaikan urusan kebandaraan, kini saatnya mengisi perut. Gw sudah tau mau makan di mana: Popeye’s. Alasannya sederhana. They’re halal certified.
Menyantap makanan dengan sigap, gw langsung menuju satu tempat yang sudah gw niatkan banget harus dikunjungi.

Hong Kong Disneyland store.
*penting ya bok… banget* :mrgreen:

I really regret i didn't by any of those mugs! *tears*

I really regret i didn’t by any of those mugs! *tears*

Gw bukan Disneyland or Disney-thingy freak. TAPIIIII gw tergila-gila souvenirnya. Lebih khusus lagi gw kepengen banget punya payungnya.
So there… gw merelakan beberapa lembar dollar Hong Kong demi mendapatkan payung idaman gw. Beserta satu buah magnet kulkas dan satu buah pin. Kalo ditanya kenapa cuma satu, ya karena mihil kakaaaaakkk!!!
Kalo ngikutin kemauan kan maunya ya dibeli semua. Tapi apa daya antara dompet dan keinginan belum sejalan.

I'm a fridge-magnet collector. Jadi satu-satunya alasan kenapa gw beli pin Minnie Mouse instead of beli 2 magnet kulkas adalah karena, ternyata Minnie Mouse berulang tahun di hari yang sama dengan gw! *agak nggak penting sih yes*

I’m a fridge-magnet collector. Jadi satu-satunya alasan kenapa gw beli pin Minnie Mouse instead of beli 2 magnet kulkas adalah karena, ternyata Minnie Mouse berulang tahun di hari yang sama dengan gw! *agak nggak penting sih yes*

And that’s it. My Hong Kong and Macau trip.

***

GA 0873. I love it when the stewardess went strict on safety. "Safety first ya mbak, kita tidak ada kompromi dalam hal keamanan," katanya sambil mengambil handphone dan mematikannya dari tangan seorang perempuan yang masih cuek menelepon saat pesawat akan lepas landas.

GA 0873. I love it when the stewardess went strict on safety. “Safety first ya mbak, kita tidak ada kompromi dalam hal keamanan,” katanya sambil mengambil handphone dan mematikannya dari tangan seorang perempuan yang masih cuek menelepon saat pesawat akan lepas landas.

Hey, Jakarta! I can see you!

Hey, Jakarta! I can see you!

SAMSUNG CSC

Jakarta, eventually

Jakarta, eventually

Pengeluaran:
.7-11 Pocky cookies & cream HKD 12,90
.7-11 Pocky strawberry HKD 18,2
.7-11 Mr. Brown caramel macchiato 9,5
.7-11 Tuna fish egg mayo sandwich HKD 11,9
.Durian mochi HKD 33
.Pearl Guest House HKD 1036
.Airport bus N21 HKD 23 (using octopus)
.Popeye’s paket E HKD 34
.Disneyland umbrella HKD 168
.Disneyland pin HKD 68
.Disneyland magnet HKD 58
.DAMRI Bandara – Pasar Minggu IDR 30.000